Hahahaaaa....judul
yang aneh. Kepanjangan tapi tak apalah. ^^
Senang
sekali rasanya bisa mewujudkan salah satu resolusi saya di tahun 2014 ini. Yup...setelah
sekian lama saya punya paspor (padahal baru dibikin di tahun 2012), akhirnya
saya sudah bisa menginjakkan kaki saya di negara orang. Tadinya paspor itu
dibuat untuk perjalanan ke Jordania bareng Paduan Suara Mahasiswa UNHAS, tapi dan
tapi oh oh…, impian ke negeri itu sirna dikarenakan tidak adanya dana yang
disediakan oleh pihak kampus. Oke, itulah sekilas mengenai sejarah saya membuat
paspor.
Salah
satu resolusi saya di tahun 2014 ini adalah bisa melakukan traveling ke salah satu negara di Asia Tenggara dan akhirnya saya
memutuskannya di akhir tahun 2013 untuk mengunjungi negeri nan indah dengan bangunan-bangunannya
yang didominasi dengan warna emas, yaitu Thailand. Tapi saya hanya mengunjungi
ibukotanya saja, tidak menyempatkan untuk main-main ke pantai-pantainya yang
katanya indah.
Sekitar
bulan Februari 2014, saya mem-booked tiket pesawat PP ke Bangkok. Tak
lupa saya mengajak teman sepermainan traveling,
yang tak lain dan tak bukan adalah manager saya di Dept. MarComm di
kantor Dasindo Media (kantor saya sekarang). Hahahahaaa...Mbak Emesdea a.k.a
Maria Shanti Devi Anggraini bersedia menemani saya untuk traveling ala semi backpacker. Terima kasih banyak kepada
Mbak Maria yang sudah bersedia meluangkan waktunya (karena beliau super sibuk
dan sangat jarang berada di kantor saking seringnya ngajar di kelas training Dale Carnegie). Kami memutuskan
untuk membeli tiket PP yang maksimal berharga Rp 1,5 juta, katanya sih itu
sudah termasuk murah tapi sebenarnya masih bisa lebih murah meriah lagi loh..
Tanggal
30 April 2014 pagi hari, akhirnya hari itupun tiba. Saya janjian bertemu dengan
Mbak Maria di Terminal 3 Bandara Soetta. Kami menunggu penerbangan kami yang boarding
pada pukul 08.30. Perjalanan dari Jakarta ke Bangkok ditempuh kurang lebih 3
jam dengan pesawat. Kami terbang menggunakan Pesawat Tiger Airways. Pesawatnya
keren, setipe kali yah dengan pesawatnya Garuda Indonesia. Sembari menunggu
tiba di Suvarnabhumi Airport, Bangkok, saya membaca buku tentang traveling di Bangkok berjudul “Telusur
Bangkok” karya Harun Fahrudin sambil menyusun itinerary selama 4 hari 3 malam di sana.
Tiga
jam kemudian, pesawat yang kami tumpangi pun mendarat di Suvarnabhumi Airport,
Bangkok. Saya senangnya bukan main, hehehehee…!! Bener-bener udah jadi kayak
orang kampung. Keluar dari pesawat aja saya sampai bilang begini ke Mbak Maria,
“Mbaaaakk, bahasanya udah beda, ini udah bukan Indonesia, aneh rasanya ada di
negeri orang. Seneng banget aku.. Biarin deh aku jadi orang kampungan di sini.
Hahahahahaa…” (pikirku, tooh gak ada yang kenal aku). Sebenarnya itu adalah
kelakuan yang cukup memalukan, tertawa sendiri dan rasanya pengen langsung check in di Foursquare atau Path tapi
gak bisa (benar-benar kampungan deh..!!).
Bergaya di Suvarnabhumi Airport - Bangkok |
Setelah ngantri di bagian imigrasi
bandara, yang pada waktu itu sangat panjang, kami pun menuju ke tempat penukaran
uang. Semua-semua beres, saya dan Mbak Maria lalu bergegas ke tempat untuk naik
transportasi Airport Rail Link, semacam Commuter Line kalo di Jakarta. Tapi
CommLine-nya ini keren banget, super bersih dan gak berisik. Hebat deh! Waktu
tempuh kurang lebih 20 menit, kami sudah tiba di Stasiun Ratchathewi, stasiun
yang paling dekat jaraknya dengan penginapan kami. Meraba-raba dimana letak
penginapan tujuan kami, rasanya pengen memanfaatkan Google Maps, tapi gak bisa
sama sekali kalo gak pake simcard
dari sana. Samar-samar saja saya mengingat map
yang pernah saya googling mengenai
letak penginapan kami. Dengan berjalan kaki, sambil membawa koper yang cukup
membuat kami rempong, kami bertanya sana-sini, tapi ternyata gak ada yang tahu
di mana letak S2S Boutique Resort daerah Ratchaprapop. Payaaahh deh, bahkan
kami sudah sangat kelaparan. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli air mineral
dan roti di toko kelontong (baca: Seven Eleven) di sekitar situ. Kenapa saya
menyebut Seven Eleven sebagai toko kelontong?! Karena Sevel di sana itu
bentuknya udah kayak toko kelontong, gak sebagus dan senyaman Sevel di Jakarta.
Kembali membahas gimana caranya sampai kami tiba di penginapan, Mbak Maria
akhirnya mengambil kesempatan untuk bertanya dengan kasir di Sevel tersebut,
ternyata mereka tahu tentang penginapan kami, mereka memberikan denah menuju ke
sana. Mereka, warga di sana, dengan Bahasa Inggris yang sangat pas-pasan
menjelaskan kepada kami ke mana arah penginapan kami. Untung kami bisa mengerti
maksud mereka.
Finally, kami tiba di S2S Boutique Resort di
kota Bangkok. Kami check in dan saya
pun melihat seekor anjing lucu, saya menghampirinya dan berusaha untuk memegang
dan membelainya. Nama anjing itu adalah MooMoo, warna bulunya abu-abu agak
kehitaman. Jenisnya, toy dog seperti
Chihuahua.
Semua
urusan check in beres, ternyata oh
ternyata, kamar kami letaknya di lantai 3 dan di penginapan itu gak ada lift atau escalator-nya. Dengan cara
manual, kami naik ke lantai 3 sambil menenteng koper kami masing-masing. Setibanya
di kamar, saya langsung merebahkan tubuh di tempat tidur dengan perasaan agak
sedikit kecewa dengan kondisi kamar kami. Padahal Mbak Maria sendiri sudah
mewanti-wanti bahwa kamar penginapan yang akan kami tempati itu belum tentu
sebagus di fotonya dan ternyata Mbak Maria sangat betul sekali. Ini namanya
penipuan, foto-foto yang ada di website AirAsia Go sangat jauh berbeda dengan
kenyataannya. Saya pun pasrah aja, yang penting kamarnya bersih, tidak berbau
dan tidak ada kecoa ataupun tikus, itu adalah hal yang paling penting.
Kami
memutuskan untuk beristirahat selama 2 jam, padahal kami belum makan siang sama
sekali. Saking malasnya kami mencari makan siang di luar sana yang pada saat
itu sangat panas, kami menahan lapar kami dengan bermodalkan roti yang dibeli
tadi di Sevel. Sambil tiduran, kami juga sibuk meng-update status di Social Media kami masing-masing menggunakan WiFi
penginapan dan sibuk mengaktifkan simcard
yang kami beli juga di Sevel. Intinya, we
are on the line (mengikuti istilah online
di film “Internship”)
Sekitar
tiga jam kemudian, kami sudah mandi dan tampil cantik dan kami sudah siap untuk
pergi ke tempat tujuan pertama kami selama di Bangkok. Saya senang banget bisa
mengunjungi mal yang pernah dikunjungi oleh Nichkhun (gak penting), gak sabar
juga pengen ketemu dengan BMTA (sebut saja bus) yang ada tampang Khun-nya
(lebih gak penting lagi). Menggunakan BMTA, kami menuju ke Central World Plaza
yang jaraknya hanya 7 menit dari penginapan kami. Mal ini merupakan (katanya)
mal terbesar dan termegah di kota Bangkok, malnya kurang lebih hampir sama
seperti Grand Indonesia di Jakarta, tapi bagusan inilah.. Di sana kami mengisi
perut kami yang sudah sangat kelaparan, diputuskanlah kami makan sore di
Manhattan Fish Market (jauh-jauh ke Bangkok, tapi makannya masih ke sini juga,
padahal inikan ada juga di Jakarta). Kami mencicipi Fish & Chips yang
katanya lagi promosi, tapi tetap aja mahal menurutku. Fish & Chips-nya
menggunakan Ikan Dory yang adalah ikan favorit saya selama tinggal di Jakarta
(karena menurutku hanya Ikan Dory-lah yang paling enak dan lembut yang ku
temukan di Jakarta).
Perut
sudah terisi, kami lanjut mengelilingi mal. Saya pun sempat berfoto dengan
patung Mickey Mouse yang memakai baju adat Thailand, langsung dipamerin di
Twitter dan tak lupa me-mention
@khunnie0624 (benar-benar gak penting, ahahahhaaa…!!). Ya pentinglah (menurut
gw doang) karena Nichkhun suka dengan Mickey Mouse dan saya pun seperti itu.
Mickey Mouse ala Thai |
Lanjuuuuttt…, ternyata di mal ini sedang berlangsung acara “Thailand Toy Expo” jadi
banyak yang memakai kostum cosplay superhero, seperti Spiderman, Ironman, dan
kawan-kawannya.
Salah satu dekorasi di Thailand Toy Expo - 30 April 2014 (Central World Plaza) |
Hal
yang menarik yang saya temukan saat menonton film di bioskop Bangkok ini adalah
sebelum film dimulai, akan ditayangkan film pendek yang bercerita tentang
kehidupan Raja Thailand yang sangat dihormati dan dipuja di negeri gajah
tersebut. Selain itu, semua penonton juga harus harus berdiri saat film
pendeknya diputarkan, demi untuk menghormati raja. Salut buat mereka dan hebat
banget mereka bisa sangat menghormati pemimpin tertinggi mereka. Walaupun saat
ini Negara Thailand sendiri sedang mengalami masa-masa sulit yang berhubungan
dengan masalah pemerintahan, berhubungan dengan politik kekuasaan pula. Lalu
saat film pendek tadi selesai, kami pun sudah bisa menikmati tontonan film
Spidey dengan “kursi goyang”. Bioskop 4Dx ini memang keren tapi filmnya aja
yang gak keren. Ternyata jalan cerita Spidey 2 ini sangat membosankan dan tidak
menarik sama sekali, bahkan Gwen (pacar si Peter Parker) harus berakhir
meninggal, amat sayang sekali. Namun, begitulah cerita aslinya dari komik
Marvel. Saya dan Mbak Maria sempat tertidur pulas di tengah-tengah film,
padahal kami sudah “dibanting” ke kanan-kiri oleh “kursi goyang”-nya tapi tetap
saja, rasa ngantuk kami-lah yang juara.
Tiket 4Dx untuk film "Spidey 2" |
Selama
hampir 2 jam filmnya ini, selesai dan kami langsung bergegas keluar dari mal,
soalnya waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 23.00, mal bahkan sudah ditutup.
Kami berjalan keluar dari mal dan mencari halte bus. Agak lama baru kami
menemukan bus yang menuju ke penginapan kami, sekitar 30 menit lah. Setibanya
di penginapan, kami lalu mencuci wajah dan langsung melanjutkan tidur kami
lagi.
Itulah
kisah di hari pertama berada di kota Bangkok, petualangan di hari kedua lebih
mengasyikkan lagi. ^^